Tuesday, December 17, 2013

[Memoar] Tolong

Sementara aku menata dan menyesuaikan sesuatu yang baru bagi kita, tak bisa kah kamu ikut membantu?

Thursday, October 24, 2013

[Random Thought] Mesin Waktu?

    Pernah nggak sih kalian sadar akan satu hal setelah nonton film/drama? Saya sih sering banget-banget-banget. Barusan aja saya nonton drama korea (Yes, I do love watching K-Drama!) yang judulnya Future Choice. Dan pikiran saya serasa diketuk.
    Disitu ada quotes "Fate is still fate". Mungkin kalimat itu udah banyak banget bertebaran di timeline twitter kalian. Tapi.. pernah nggak sih kalian 'masuk' ke dalam kalimat itu?
    Iya, saya tau takdir tetaplah takdir. Kalian juga pasti tau. Tapi, pastiiiii, pasti banget saya dan kalian pernah berharap (walaupun cuma setitik), "Bisa nggak sih waktu diulang lagi?".
    Nahloh, harusnya kalau kalian udah tau arti dari "Fate is still fate" kalian nggak bakal mikir gitu. Kenapa? Karena takdir tetaplah takdir. Haha. Gini gini, kalau kalian udah ditakdirkan untuk sesuatu hal, misalnya ketemu sama seseorang. Tapi di kemudian hari kalian merasa menyesal dan merasa kalau pertemuan kemarin itu salah besar. Terus kalian berharap bisa ngulang waktu dan menghindar supaya nggak ketemu sama orang itu. Ya kan? Itu.Nggak. Akan. Berhasil.
    Fate is still fate. Takdir tetaplah takdir. Sekuat apapun  kalian berusaha ngerubah takdir, it wouldn't change. Sumpah, itu nggak akan berubah. Yang berubah cuma jalannya.
    Ibaratnya kayak rumah. Jalan menuju rumah kalian nggak mungkin kan cuma satu? Pasti ada alternatif-alternatif lain yang bisa kalian lewati. Tergantung kalian mau pilih yang mana. Mau pilih jalan yang muter? Jalan yang paling cepet? Atau mau jalan-jalan dulu? Sama halnya kayak takdir, kalian mau sampai ke takdir itu lewat jalan yang mana.
    Mesin waktu? Saya rasa nggak perlu :)
    ..dan manusia, harusnya nggak usah repot-repot bikin hal kayak begitu, because fate is still fate.

Tuesday, June 4, 2013

[Memoar] Alhamdulillah, I'm full.

Terima kasih ya Allah, telah menitipkan dua kebahagian kepada bulan Mei. Walaupun gue tau sih, gue udah milih pintu dengan sedikit antrian. Dan gue tau apa konsekuensi yang harus diterima.

Biar gue jelasin sedikit tentang pintu dengan antrian sedikit dan pintu dengan antrian banyak. Well, ketika itu gue dihadapkan pada pilihan 'Universitas mana yang akan kamu pilih dalam SNMPTN?'. FYI, SNMPTN itu seleksi PTN menggunakan nilai rapot dari kelas 1 sampai kelas 3. Ada dua pilihan di pikiran gue; Universitas Indonesia atau Universitas Padjajaran? Mungkin banyak yang nanya, "Kenapa UNPAD, Git? Itu kan di luar kota." Gue milih UNPAD bukan karena gue kepengen banget ada disana, tapi peraturan SNMPTN yang mengharuskan anaknya milih salah satu universitas (dari dua pilihan universitas) yang ada di provinsi tempat anak itu sekolah. Karena gue sekolah di SMAN 5 Bekasi, jadinya gue harus pilih universitas yang ada di Jawa Barat, jadilah gue harus pilih UNPAD. Sebenernya bisa aja gue milih dua universitas itu, tapi kemungkinan diterima pasti kecil banget. UI nggak mau terima kalau dia dijadiin yang "kedua", UNPAD juga begitu. Dan kalo gue tetep maksa milih UI, gue cuma bisa pilih UI doang karena UI bukan ada termasuk wilayah Jawa Barat. Ngerti nggak? Gue aja nggak tau itu gue nulis apa -_- wkwk, back to topic! Ya kalo boleh jujur sih, gue pengen banget pake jaket kuning yang amat melegenda itu, apalagi semua keluarga Papa (termasuk Papa) punya almamater itu. Dari 5 bersaudara, cuma satu adik Papa yang memutuskan nggak kuliah di Universitas Indonesia, tapi di Universitas Diponegoro. Belom lagi kakak gue juga ber-'jaket kuning'. Wiiiih, banyak banget pacuan untuk ada disana.

Tapi entah kenapa, Mama 'maksa' gue milh UNPAD ketimbang milih UI. Mungkin karena Mama tau kalau nilai rata-rata rapot gue nggak mencapai angka 9 kali ya. Hahaha. Emang sih, masuk UI apalagi Fakultas Ekonomi (Fakultas yang gue idam-idamkan), harus punya modal nilai, yaaaa, minimal 8,9 lah untuk bisa bersaing dengan pendaftar lain. Dan amat disayangkan gue nggak punya modal itu. Jadilah gue milih UNPAD di pilihan pertama dan UNDIP di pilihan kedua. Jujur lagi, gue lebih pengen ada di UNDIP daripada di UNPAD. Semua temen-temen doain gue masuk UNDIP, gue sendiri pun, walaupun gue minta sama Allah yang terbaik, tapi sebenernya tetep ngarepin gue keterimanya di UNDIP. Cuma satu orang yang doain gue masuk UNPAD, Mama. Dan ternyata, super gilaaaaa! Doa ibu dibanding sama doa puluhan temen-temen gue, lebih mujur doa ibu! Tanggal 26 Mei 2013, dua hari setelah pengumuman UN yang alhamdulillah hasilnya memuaskan, sekali lagi gue diizinkan Allah untuk kembali memberikan kebahagiaan buat orangtua gue, diterima di Universitas Padjajaran, pastinya nyangkut di jurusan yang emang gue suka. Saat itu, ada sedikit rasa kecewa yang bilang, "Yah, Git, nggak di UNDIP, Git." Tapi kok ya kesannya gue nggak tau diri banget, udah keterima, masih aja ngeluh kayak gitu, mana rasa bersyukurnyaaa? Setelah menguatkan hati dan mengikhlaskan UNDIP, gue move on dengan sukses ke UNPAD :') Semoga UNPAD tetep terima aku apa adanya ya :') *kenapa jadi kayak cewek-cewek galau gini, Git -_-*

Huaaah, sampailah gue disini, dengan pikiran "Bisa nggak, Git, hidup sendiri tanpa orangtua di Bandung? Apa-apa harus kerjain sendiri? Emangnya bisa?" Weseses, harus bisa dong! Gita pasti bisa! Semangat Gita! Yaaa, wajar kan kalo di masa-masa awal penyesuain nanti gue nggak betah, homesick, jadi kurus dan segala macem. Namanya juga masa adaptasi. Pokoknya semangatin diri sendiri terus aja deh.

Oh iya, mau ucapin selamat buat temen-temen kesayangan yang udah dapet PTN!
Selamat Ayas Hukum UI-nya, sukses jadi orang kayanya, wkwk. Jangan sombong-sombong sama akuuu.
Selamat Esa Ilmu Perpustakaan UI-nya, sukses jadi wedding planner-nya! Jangan sombong-sombong ya Sah.
Selamat Kikit & Maifa Komunikasi UNPAD-nya, 3 tahun bersama sekarang kuliah satu jurusan apa rasanya? Sukses pokoknya! Kita harus sering main bareng nih di Bandung :p

Mau kasih semangat juga buat temen-temen kesayangan yang belum dapet PTN!
Tiwi, yang soon to be maba Psikologi UNJ. 5 tahun lagi, jadi penerus kak seto ya! :)
Neida, yang soon to be maba UNPAD/UNJ. UNPAD aja Nei, bareng akuuu :D
Novie, yang soon to be maba FE UI. Bikin bangga gue ya, Nov :') wkwk.
Jamet&Syifa, yang soon to be maba UI. Kalian pasti bisa!
Rara, yang soon to be anak STAN atau Perpajakan UI. Cemangat Yaya, aku doain kamu selalu! ;)

Buat cowok-cowok alay yang ngeselin tapi selalu bikin ngakak!
Selamat Adib&Rio PNJ&UNPAD-nya. Sukses buat kita semua :'D
Hanif, Caur, Ali, Erlangga yang soon to be maba PTN di tempat yang kalian pilih, semangat SBMPTN-nya alay-alay :D

Dadah semuanya, sampai bertemu di kisah selanjutnya! :D

Wednesday, May 1, 2013

[Memoar] Welcoming May

Di bulan ke 5 ini, banyak harapan, banyak cita-cita, dan banyak doa terselip di tiap detiknya. Bukan cuma aku aja, tapi semua anak kelas 3 SMA di Indonesia. Semoga, UN yang compang-camping kemaren, nggak bikin kita ada di pihak kegagalan ya teman-teman! Semoga Tuhan memenuhi keinginan kalian buat ada di PTN/PTS yang diharapkan. Dan buat aku pribadi, semoga kehendak Allah sama keinginan aku sejalan.

Amin ya Rabbal'alamin.

Friday, April 26, 2013

[Random Thought] Batu

Kadang, sebagai manusia biasa, saya suka merasa diri saya itu 'batu' banget. Kata-kata bijak sebagus apapun, cuma bakal saya inget tapi nggak akan saya percaya. Saya paling anti nulis ulang kata mutiara tapi saya sendiri tidak merasakan kekuatan magis yang ada disana. Sampai pada akhirnya, saya yang merasakannya sendiri.

"Jangan lihat ke atas, lihat saja ke bawah."

Kalimat di atas biasanya dilontarkan oleh orangtua. Tapi, nggak jarang juga anak seumuran saya, yang baru 18 tahun hidup di dunia mengatakan hal serupa. Ada dua kemungkinan, dia emang udah pernah ngerasain ada di posisi itu dan ngerasain kebenarannya, atau dia cuma pura-pura bijak. Saya sendiri nggak pernah begitu mengindahkan  kata-kata itu ketika kemudian saya merasa menjadi orang yang paling nggak beruntung, paling merana, dan paling menyedihkan di dunia ini. Sesuatu dalam diri saya seperti mengetuk dan memerintahkan saya untuk berhenti berpikiran jelek seperti itu, untuk mulai melihat sekeliling. Bukan keliling yang ada di atas, tapi di bawah. Dan dengan ajaibnya, saya seperti merasakan apa yang mungkin orang-orang sudah rasakan sebelumnya melalui kalimat itu. Lewat kalimat sesimpel itu, Tuhan seperti ingin menyampaikan beribu-ribu pukulan untuk menyadarkan manusia-Nya. Sayang, saya baru merasakan 2. Hahaha. 

Tapi bagi saya, itu sudah cukup untuk memecahkan batu yang ada di pikiran saya. Barsyukur dan merasa puas, dua hal itu yang saya tangkap dari kalimat sependek itu. Dengan melihat ke atas, rasa syukur nggak akan pernah datang, yang ada cuma keserakahan. Begitu juga dengan rasa puas. Coba kalau kita lihat ke bawah, baru melirikkan mata ke bawah saja, rasa syukur dan puas sudah memenuhi hati kita yang biasanya serakah, nggak pernah bersyukur, dan nggak pernah puas. Sebenarnya pepatah yang mengatakan "manusia adalah makhluk yang tak pernah puas" itu bisa dipatahkan oleh kalimat ajaib yang satu ini. Saya berpikir, kalau para koruptor bisa menyelami kalimat dengan sejuta makna ini, Indonesia bisa bersih dari koruptor. Untuk orang seperti mereka, jeruji besi ataupun lantai yang dingin tak akan berpengaruh banyak terhadap kebiasaan mereka memakan uang yang bukan haknya. Dan juga.. untuk orang yang 'batu' seperti saya. Mungkin tulisan ini bisa membantu, ya, walaupun sedikit. :)

Friday, April 19, 2013

[Memoar] Sia-sia?

Saya peserta UN tahun 2012/2013 dan saya merasa sangat kecewa.

Kalimat pembuka diatas mungkin udah cukup membuat kalian mengerti kemana arah pembicaraan saya kali ini. Yap, Ujian Nasional. Tahun ini sangat luar biasa. 20 paket soal, dengan barcode di setiap lembar soal dan lembar jawaban, LJUN yang ternyata kualitasnya sangat buruk, tingkat kesulitan di beberapa mata pelajaran yang lebih tinggi daripada UN tahun sebelumnya. Saya pikir, keadaan saya dan teman-teman adalah yang paling buruk. Tapi kenyataannya banyak yang lebih menderita dari kami. Di beberapa daerah luar pulau jawa, soal dan LJUN hanya sebatas lembar fotokopian, bahkan ada daerah yang belum ujian sama sekali! Katanya sih karena keterlambatan pencetakkan naskah UN oleh percetakan yang ditunjuk. Ujian Nasional harusnya diadakan serempak di seluruh Indonesia, kan? Entah bagaimana, saya jadi membayangkan jika saya yang ada di posisi mereka.

3 tahun serkolah mati-matian, tapi diperlakukan sangat buruk oleh kemendikbud. Kemendikbud terkesan main-main menangani masalah UN ini. Mereka seperti memaksakan sesuatu yang sebetulnya tidak bisa mereka tuntaskan. UN dengan 20 paket? Barcode? Mereka mengharapkan dengan adanya kedua inovasi baru ini, peserta ujian bisa jujur dalam mengerjakan soal. Tapi.. apakah pantas mereka mengharap kejujuran sementara mereka sendiri masih enggan berteman dengannya? Coba lihat yang terjadi sekarang, persiapan yang belum matang, cacat disana sini, menjadikan UN tahun ini menjadi yang terburuk sepanjang 5 tahun terakhir. Yaaaa, saya sih bukannya suudzan ya, tapi.. yakin tuh nggak ada kasus suap dan penyelewengan dana sana sini? Yang saya dengar sih anggaran dana buat nyelenggarain UN tahun ini mencapai 6oo milyar, dan itu katanya lebih besar daripada anggaran tahun lalu. Nah! Dengan anggaran yang lebih besar dari tahun sebelumnya, harusnya nggak ada dong LJUN yang sebenernya lebih pantas disebut kertas buram? Tolong Bapak menteri jangan jadikan 20 paket soal sebagai alasan agar kami semua bersikap jujur. Tidak adil rasanya kita mati-matian untuk jujur tapi yang di atas semakin menjauhi perilaku jujur.

Saturday, March 23, 2013

[Memoar] Si Sombong

Setiap manusia pasti akan melalui fase ini, dimana rasanya kita telah mengerahkan semua rasa optimis kita untuk sesuatu yang kita harapkan, tapi si pesimis selalu saja datang mengganggu. Tapi apakah semua orang merasakan yang saya rasakan?

Begini, sejujurnya, saya jarang sekali merasa takut pada kegagalan. Kalian pasti akan menganggap saya terlalu sombong. Nah ini dia masalahnya. Saya tidak merasakan pesimis, tapi saya takut menjadi optimis. Saya terlalu takut pada pandangan orang tentang saya. Seperti yang kita tahu, masing-masing individu memiliki sudut pandangnya sendiri. Ketika saya berkata, "Saya optimis, saya akan bisa melalui ini." pasti akan ada yang bergumam, "Sombong sekali." di dalam hatinya. Saya paling benci berimajinasi tentang apa yang orang lain pikirkan tentang saya. Itu akan membuat saya takut untuk menjadi optimis.

Lantas, apa yang harus saya lakukan? Saya tidak bisa menulikan telinga, berpura-pura buta, atau mengeraskan hati untuk ini. Semua yang saya rasakan pasti akan diolah oleh otak dan menumbuhkan tunas-tunas imajinasi baru yang nantinya akan menjadi kemungkinan anggapan orang lain tentang saya. Atau saya harus membiarkan paranoid ini mengurung si optimis? 

..atau mungkin sebaiknya saya merantai si optimis dan paranoid yang sudah menggila itu dengan doa? Sepertinya itu memang yang terbaik.

Saturday, January 5, 2013

[Memoar] New Year = Next Page

Happy new year! 
Turn to the next page, continue the old story, keep the old love, and do your best to catch and make your dreams come true.

Tahun baru menurut aku nggak berarti kamu harus membuat kisah baru, mimpi baru, atau bahkan cinta yang baru. Kamu cukup punya semangat baru. Semangat yang pastinya harus lebih besar dari sebelumnya. 

Semangat buat tetep ngelanjutin kisah yang udah kamu lakoni di tahun lalu. Nggak perlu membuang waktu kamu buat iri terhadap kisah orang lain. Cukup pikirkan bagaimana membuat kisahmu menjadi lebih menarik. Bukan menarik bagi orang lain, tapi menarik bagi dirimu sendiri. Supaya kamu semakin cinta dengan kisahmu.

Semangat buat meraih mimpi yang udah lama kamu idamkan. Nggak perlu sibuk mencari mimpi yang lain. Cukup pikirkan mana jalan yang akan kamu lalui untuk kamu meraih mimpi yang sudah ada. Bukan memutar arah dan berganti tujuan, tapi cari jalan alternatif menuju kesana. Supaya kamu nggak perlu repot kalau nanti kamu terjebak kemacetan di jalan utama.

Semangat buat mempertahankan cinta yang udah kamu terima. Nggak perlu menengok ke arah cinta yang dimiliki orang lain. Cukup pikirkan bahwa cinta yang kamu miliki lebih besar dari mereka. Bukan sombong ataupun angkuh, tapi untuk meyakinkan dirimu bahwa kamu akan menjaga cinta yang kamu punya dengan baik. Supaya nggak ada orang lain yang akan merebut cinta yang besar itu dari kamu.

Kalau semua semangat udah kamu miliki, jangan lupa bersyukur kepada Tuhan yang telah meniupkan kehidupan kepadamu ya! :)

Friday, January 4, 2013

[Random Thought] Dipilihkan oleh Takdir atau Memilih Takdir?

Kalau suatu saat kamu dihadapkan pada dua pintu, pintu mana yang akan kamu pilih? Pintu dengan antrian yang panjang, atau yang tidak memiliki antrian? Jika kamu memilih pintu dengan antrian yang panjang, kamu tidak akan menemukan kesulitan yang berarti ketika menyusuri lorong di balik pintu itu. Tapi jika kamu memutuskan untuk memilih lorong yang tidak memiliki antrian, kamu akan dihadapkan dengan rintangan yang, ya, lumayan menguras hatimu juga. Lalu kamu mulai berpikir, "Apakah aku harus memilih? Atau aku biarkan saja? Membiarkan apapun yang akan takdir pilihkan uintukku?". Tapi nyatanya takdir tidak memilih, tapi dipilih. Kamu sendiri yang akan menentukan takdirmu. Pilihan yang akan membawamu kepada takdir, bukan takdir yang akan membawamu pada pilihan. Jadi, banyak-banyaklah berfikir mulai dari sekarang, siapa tau kau benar-benar akan dihadapkan pada kedua pintu itu.