Monday, January 1, 2018

[Memoar] Page 1.

Setelah diketawain abis-abisan sama 2016, gue mencoba memulai 2017 dengan menjadi Gita yang memiliki positive mind. Mencoba berbaik sangka pada segala hal, nggak cepat mengambil kesimpulan, dan yang paling penting nggak usah terlalu ngikutin apa kata hati.
2017 buat gue adalah tahun yang paling campur aduk selama gue hidup. Like, semua hal yang belum pernah gue rasain, udah gue rasain di tahun ini. Kecewa, sedih, senang. Semua gue rasain cuma dalam kurun waktu 12 bulan.

Januari 2017, gue coba untuk mencari apa aja sisi positif dibalik hal buruk yang menimpa gue. Banyak. Salah satunya, teman. Gue disadarkan bahwa teman-teman gue beneran sebaik itu, sesayang itu sama gue. I'm happy yet sad. Siapa yang nggak seneng punya temen yang super suportif, dan literally selalu ada pas lo butuh? Sedihnya, gue baru sadar saat itu. Saat orang yang gue kira bisa menggantikan peran temen buat gue, pergi. Well thank God I've learned and still got chance to gave them something they never got from me: time and attention.

Februari 2017, the most bad things of the year happened on February. Gue (merasa) dikhianati oleh orang yang sama, yang bikin 2016 gue pahit. All I can remember is just the feeling, so much pain.

Maret 2017, Gita si ambisius kembali mengudara. Gue harus bisa kembali menata hidup gue setelah porak poranda sama hal yang super nggak penting, super toxic, super merugikan. Ini bulannya gue struggle sama skripsi dan dikejar deadline.

April 2017, finally graduated! Setelah pontang panting kejar-kejaran sama deadline gue akhirnya berhasil nambah gelar di belakang nama gue. At this stage, for the first time in my life, i feel so proud of myself. Sebenernya ini pencapain yang biasa aja sih, tapi kalo inget prosesnya, gue bangga banget bisa lawan segala suasana hati yang sebenernya nggak mendukung sama sekali saat itu. And of course, I feel so blessed to be surrounded and fully supported by people that always love me unconditionally.

Mei 2017, nggak ada hal lain yang spesial selain wisuda sih. Tapi senang sekali bisa bikin orangtua bangga liat gue bisa lulus kurang dari 4 tahun. Such an amazing feeling I have!

Juni 2017, bulan di mana gue memutuskan buat nggak langsung nyari kerja. Mau santai-santai dulu. Ini bulan tergabut selama tahun lalu dan bikin gue jadi kembali teringat masa lalu sih. Kembali merasakan sedih dan sakit hati. Kembali menyalahkan diri sendiri dan keadaan. Sebelum akhirnya disadarkan kalo udah saatnya gue meninggalkan masa lalu. Harus memaafkan diri sendiri, juga yang menyakiti.

Juli 2017, proses healing yang seutuhnya. Getaway from crowded city to a peaceful place, Jember. Hampir sebulan gue di Jember dan rasanya bener-bener seperti habis refresh segalanya!

Agustus 2017, surprise! Seseorang yang (nggak terlalu) baru tiba-tiba hadir dan jadi bagian penting dalam hidup gue. Kembali melengkapi sudut yang kosong, yang gue kira bakal susah buat nemuin that missing piece. Orang yang banyak banget ngajarin gue hal baru, secara langsung atau engga. Orang yang bikin gue sadar kalo melepaskan sesuatu itu nggak selamanya sedih. Melepaskan sesuatu itu untuk menerima kembali sesuatu yang lebih besar, jauh lebih baik.

September 2017, still can't believe that a nearly-stranger turn into my everyday company, in a very short time. Keajaiban yang bahkan sampai detik ini masih suka gue pertanyakan keberadaannya, is he real? Nope he's not that perfect but his unperfection somehow makes me feel so complete. (Ew, so cheesy. I know you would, at least, stretch your lips, Bim.)

Oktober 2017, adaptating. Someone new means new habbit. Dulu gue naif banget, percaya kalo ada orang yang bisa sayang sama orang lain apa adanya. Tapi setelah dikecewakan, gue memilih buat membuang jauh-jauh pernyataan yang super corny itu. Selama itu hal baik, gue bakal kompromi sama diri gue untuk berubah demi seseorang. Karena toh hal baik itu nggak hanya menguntungkan buat orang lain, tapi buat gue juga. New me starts here. Gue jadi (lumayan) rajin olahraga, (lumayan) rajin bersih-bersih, and the most surprising things, I've become an early bird! Berat? Nggak usah ditanya. Saat itu sih gondok setengah mati ya. Tapi kalo sekarang ditanya menyesal apa nggak udah berusaha sekeras itu cuma buat berubah jadi lebih baik, ya enggak sama sekali. Every effort was worth! (Thanks to you, Bim!)

November 2017, bulan terbanyak pikirian sepanjang masa. Baru ngerasain kalo ternyata nyari kerja beneran sesusah itu. Idealisme sama kenyataan susah digabungkan. Mulai merasa agak goyah sama prinsip yang udah dipegang sejak lama. But, again, lucky me to have such a very supportive family, lover and friends.

Desember 2017, got my first full-time job finally! Bulan yang paling melelahkan, banyak kebiasaan yang harus diubah dengan cepat. Makin banyak pelajaran yang bisa gue serap secara cuma-cuma. Nggak terlalu banyak hal yang bisa diceritain dari Desember. Karena waktu gue, mostly, dihabiskan buat adaptasi di lingkungan yang baru.

2018 mungkin bakal jadi tahun yang berat buat gue. Ya. Welcome that old shitty things called LDR, tanggung jawab yang mungkin bakal lebih berat dari sebelumnya, dan mungkin hal-hal buruk lain yang harus ada dalam proses pendewasaan diri.

Halaman pertama dari sebuah buku biasanya kosong. Hanya ada sebaris judul yang sedikit banyak akan merepresentasikan isi dari buku itu sendiri. Tapi, nggak ada salahnya kan, setelah ada di halaman pertama dari buku yg baru, gue baca ulang buku sebelumnya? Ya sebagai pengingat andai gue kurang bersyukur nantinya, kalo gue pernah ada di masa-masa yang nggak menyenangkan dan menyedihkan.

Bahwa Tuhan memberikan kebahagiaan setelah kesedihan di kurun waktu yang nggak pernah gue sangka.

Bahwa pelangi setelah hujan memang nyata adanya.

Berubah menjadi orang yang baru emang nggak harus di tahun baru aja, tapi kalo menurut kalian tahun baru adalah waktu yang tepat untuk menjadi lebih baik, just go ahead!

No comments:

Post a Comment